
Sumber: antaranews.com
Konten Bebas – Universitas Negeri Medan (Unimed) terus memperkuat pemahaman mengenai pedagogik sosio-kultural dalam pembelajaran berbasis budaya lokal bagi mahasiswa program Pendidikan Profesi Guru (PPG) tahun 2025. Upaya ini dilakukan untuk membentuk calon guru yang tidak hanya memiliki kompetensi akademik, tetapi juga memahami nilai-nilai budaya lokal yang dapat diintegrasikan dalam proses pembelajaran.
Rektor Unimed, Prof. Baharuddin, menyampaikan bahwa pendekatan ini memiliki nilai strategis dalam membangun sistem pendidikan yang lebih inklusif dan berbasis budaya lokal. Menurutnya, peran seorang guru tidak hanya terbatas pada penyampaian materi pelajaran, tetapi juga mencakup pembentukan karakter, penanaman kearifan lokal, serta penerapan metode pengajaran yang sesuai dengan lingkungan sosial dan budaya peserta didik.
Di tengah tantangan pendidikan yang semakin kompleks akibat globalisasi, penerapan pedagogik sosio-kultural dianggap menjadi kebutuhan mendesak. Dengan pendekatan ini, para guru diharapkan mampu menciptakan pembelajaran yang lebih relevan dan inklusif. Selain meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar, metode ini juga berperan dalam pelestarian budaya daerah agar tetap hidup di tengah perkembangan zaman.
Rektor Unimed berharap agar mahasiswa PPG dapat menerapkan pemahaman yang telah diperoleh dalam praktik mengajar mereka di masa depan. Ia menekankan bahwa budaya lokal harus dijadikan sebagai kekuatan dalam menciptakan pengalaman belajar yang menarik, kontekstual, serta bermakna bagi para peserta didik.
Sementara itu, Ketua Senat Unimed, Prof. Dr. Syawal Gultom, turut menyoroti pentingnya penerapan pedagogik sosio-kultural dalam dunia pendidikan di Indonesia. Ia menekankan bahwa masih terdapat berbagai permasalahan, seperti ketimpangan kualitas pembelajaran serta kesenjangan dalam akses pendidikan yang perlu segera diatasi.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya pemahaman guru terhadap harmonisasi kurikulum baik secara vertikal maupun horizontal. Harmonisasi ini mencakup aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), serta sikap (attitude), yang harus dipadukan untuk menciptakan sistem pembelajaran yang lebih holistik dan komprehensif.
Dalam era digital yang semakin berkembang, muncul berbagai tantangan baru dalam dunia pendidikan, terutama terkait penggunaan teknologi dalam proses belajar mengajar. Prof. Syawal Gultom mengungkapkan bahwa masih terdapat kendala seperti rendahnya literasi teknologi di kalangan pengajar, kurangnya kemampuan dalam mengoptimalkan teknologi secara maksimal, serta materi perkuliahan yang tidak selalu diperbarui sesuai dengan kebutuhan zaman.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ia menegaskan bahwa pengembangan kurikulum harus dilakukan berdasarkan kebutuhan zaman dan tetap berlandaskan pada budaya lokal. Hal ini diperlukan agar pembelajaran tidak hanya relevan dengan perkembangan teknologi, tetapi juga tetap aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya pendekatan ini, diharapkan pendidikan di Indonesia semakin maju dan menghasilkan lulusan yang tidak hanya memiliki kecakapan akademik, tetapi juga mampu mengaplikasikan nilai-nilai budaya lokal dalam dunia pendidikan.