
Sumber: kompas.com
Konten Bebas – Ribuan warga, baik wisatawan lokal maupun mancanegara, memadati kawasan Pantai Seger, Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), untuk mengikuti tradisi tahunan Bau Nyale. Mereka turun ke laut guna menangkap cacing laut yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika, tokoh legendaris dalam budaya masyarakat Sasak.
Seorang pengunjung asal Desa Bonjeruk, Lombok Tengah, Rahman, mengungkapkan bahwa ia bersama keluarganya telah datang ke Pantai Seger sejak Selasa (18/2) malam. Mereka memilih mendirikan tenda sebagai tempat beristirahat sembari menunggu kemunculan Nyale pada dini hari hingga menjelang matahari terbit. Dengan menggunakan alat sederhana seperti jaring, lampu senter, dan ember, mereka berusaha menangkap Nyale yang muncul di permukaan air. Namun, hasil tangkapan kali ini tidak sebanyak yang diharapkan.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Lombok Tengah, Lalu Firman Wijaya, menjelaskan bahwa puncak tradisi Bau Nyale tahun ini merupakan simbol dari janji Putri Mandalika untuk kembali menemui rakyatnya dalam wujud Nyale. Dalam legenda yang berkembang di masyarakat Sasak, Putri Mandalika dikenal sebagai sosok yang mengajarkan pentingnya pengorbanan demi kesejahteraan bersama.
Menurut Firman Wijaya, tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari warisan budaya, tetapi juga berperan besar dalam menarik kunjungan wisatawan ke Mandalika. Oleh karena itu, masyarakat setempat diminta untuk menyambut para wisatawan dengan baik, menciptakan lingkungan yang nyaman, serta memastikan keamanan mereka selama mengikuti perayaan ini.
Sebagai salah satu kawasan ekonomi khusus (KEK) di Indonesia, Mandalika telah ditetapkan sebagai destinasi super prioritas dalam sektor pariwisata nasional. Keberadaan KEK ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, terutama dengan adanya Sirkuit MotoGP yang telah dibangun di dalamnya. Firman Wijaya mengajak seluruh masyarakat untuk terus mendukung pengembangan sektor pariwisata di Mandalika, dengan harapan kehidupan mereka menjadi lebih sejahtera di masa mendatang.
Bau Nyale sendiri berasal dari legenda seorang putri kerajaan bernama Putri Mandalika, yang dikenal karena kecantikannya yang tiada tara. Kecantikannya menarik perhatian banyak pangeran dari berbagai kerajaan, yang kemudian bersaing untuk meminangnya. Namun, Putri Mandalika enggan memilih satu di antara mereka karena khawatir akan terjadi pertumpahan darah akibat persaingan tersebut.
Demi menghindari konflik, sang putri akhirnya memutuskan untuk mengorbankan dirinya dengan menceburkan diri ke laut. Setelah kejadian tersebut, masyarakat melihat kemunculan Nyale atau cacing laut yang diyakini sebagai wujud jelmaan sang putri. Hingga saat ini, masyarakat Sasak meyakini bahwa Nyale akan muncul setiap bulan ke sepuluh dalam penanggalan adat mereka, yang biasanya jatuh pada bulan Februari. Oleh karena itu, tradisi ini terus dipertahankan dari generasi ke generasi sebagai bentuk penghormatan kepada Putri Mandalika.
Setiap tahun, Bau Nyale tidak hanya menjadi ajang bagi masyarakat untuk menangkap cacing laut, tetapi juga menjadi festival budaya yang diisi dengan berbagai kegiatan menarik. Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah bahkan menetapkan hari puncak Bau Nyale sebagai hari libur bagi para siswa sekolah agar mereka dapat turut serta dalam perayaan ini. Selain itu, karnaval budaya yang menampilkan ribuan perempuan dengan busana khas Putri Mandalika turut meramaikan suasana festival.
Keberlangsungan tradisi ini menjadi salah satu daya tarik utama bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman unik dan mengenal lebih dalam budaya masyarakat Sasak. Dengan semakin berkembangnya sektor pariwisata di Mandalika, diharapkan tradisi Bau Nyale dapat terus dilestarikan dan memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat setempat.