11 Agustus 2025
Strategi Pemerintah dalam Memperkuat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Sumber: antaranews.com

Konten Bebas – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan berbagai strategi yang telah disiapkan pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional. Meskipun ketidakpastian global masih terjadi, ekonomi Indonesia dinilai tetap stabil dan lebih unggul dibandingkan banyak negara maju maupun berkembang lainnya. Berdasarkan Purchasing Power Parity (PPP), Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tercatat tiga kali lebih besar dari nilai nominalnya. Jika diukur dari indeks konsumsi, ekonomi nasional mencapai 4,8 triliun dolar AS, menjadikan Indonesia sebagai ekonomi terbesar kedelapan di dunia.

Sebagai bagian dari strategi peningkatan ekonomi, Indonesia tengah berupaya menjalin perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan negara-negara anggota Gulf Cooperation Council (GCC), yang terdiri dari Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Oman, dan Qatar. Kawasan ini memiliki nilai ekonomi sekitar 2 triliun dolar AS dengan populasi mencapai 50 juta jiwa. Jika kerja sama perdagangan ini terwujud, ekonomi Indonesia diperkirakan akan memperoleh tambahan sebesar 1,3 triliun dolar AS dengan total populasi mencapai 280 juta jiwa, membuktikan daya saing Indonesia di kancah global.

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2025 sebagai pijakan utama dalam mewujudkan visi pembangunan jangka menengah dengan target sebesar 8 persen. Meskipun terkesan ambisius, pemerintah optimistis target ini dapat dicapai, mengingat dalam periode 1986 hingga 1997, pertumbuhan ekonomi Indonesia pernah mencapai rata-rata 7,3 persen, bahkan pada tahun 1995 mencapai 8,2 persen. Transformasi ekonomi saat itu bergeser dari sektor primer ke sektor sekunder, khususnya industri manufaktur, yang menjadi pendorong utama pertumbuhan. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah telah menyiapkan berbagai kebijakan, seperti kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) pada 2025, percepatan penyaluran bantuan sosial (bansos), pencairan Tunjangan Hari Raya (THR), serta stimulus ekonomi pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), seperti Ramadhan dan Lebaran. Selain itu, program seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), optimalisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan pengelolaan panen padi yang lebih efisien diharapkan mampu meningkatkan daya beli masyarakat dan memperkuat stabilitas ekonomi nasional.

Pemerintah juga terus melanjutkan program hilirisasi yang terbukti berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu sektor yang menunjukkan hasil positif adalah industri nikel. Pada 2023, ekspor produk hilirisasi nikel mencapai 33,52 miliar dolar AS dan diproyeksikan meningkat menjadi 40 miliar dolar AS pada 2024. Jika dibandingkan dengan ekspor tahun 2017 yang hanya mencapai 4 miliar dolar AS, terjadi peningkatan lebih dari 800 persen. Hilirisasi juga diterapkan di sektor manufaktur dan otomotif. Pemerintah telah menyusun roadmap pengembangan hilirisasi berdasarkan jenis produk, komoditas, serta distribusi di berbagai wilayah.

Upaya ini diperkuat dengan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Salah satu contohnya adalah KEK Gresik yang menjadi lokasi pertama bagi Indonesia dalam produksi emas. Untuk memperkuat sektor ini, pemerintah juga berencana meluncurkan bank emas (bullion bank) yang diharapkan mampu meningkatkan ketahanan ekonomi nasional terhadap fluktuasi harga di pasar global.

Dalam rangka meningkatkan cadangan devisa negara, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2025 mengenai Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA). Regulasi ini mulai berlaku pada 1 Maret 2025 dan mewajibkan seluruh DHE SDA ditempatkan dalam Sistem Keuangan Indonesia (SKI) dengan persentase 100 persen selama 12 bulan. Kebijakan ini diperkirakan mampu menambah cadangan devisa nasional sebesar 80 hingga 100 miliar dolar AS, memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian global.

Berbagai langkah strategis telah disiapkan untuk menjaga serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Kerja sama perdagangan dengan GCC, program hilirisasi, dan kebijakan peningkatan cadangan devisa menjadi strategi utama dalam memperkuat daya saing ekonomi Indonesia di tingkat global. Dengan pengelolaan yang lebih optimal, diharapkan investasi terus meningkat, baik melalui Sovereign Wealth Fund maupun sektor lainnya, sehingga dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi di masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *