20 April 2025
Penyelidikan Epidemiologi Dinkes Tulungagung Usai Meninggalnya Pelajar akibat DSS

Sumber: antaranews.com

Konten Bebas – Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) setelah seorang pelajar sekolah dasar di Desa Ketanon, Kecamatan Kedungwaru, meninggal dunia akibat dengue shock syndrome (DSS) yang disebabkan oleh demam berdarah dengue (DBD). Upaya ini dilakukan untuk mengetahui tingkat penyebaran penyakit serta faktor risiko yang terdapat di lingkungan tempat tinggal dan sekolah korban.

Koordinator Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis (P2PTVZ) Dinkes Tulungagung, Nurul Kusumaningrum, menjelaskan bahwa penyelidikan tersebut dilakukan di tiga lokasi, yaitu rumah sakit tempat korban sempat dirawat, rumah korban, serta sekolahnya.

Berdasarkan hasil penyelidikan, diketahui bahwa korban mengalami demam sejak Senin, 10 Februari 2025. Karena dianggap sebagai penyakit biasa, perawatan hanya dilakukan di rumah. Namun, kondisi kesehatan korban mengalami penurunan hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit swasta pada Senin, 17 Februari 2025. Setelah menjalani pemeriksaan medis, korban didiagnosis menderita DBD. Sayangnya, kondisi tubuhnya yang semakin memburuk menyebabkan DSS yang berujung pada pecahnya pembuluh darah hingga akhirnya meninggal dunia.

Sebagai langkah pencegahan lebih lanjut, Dinkes Tulungagung juga melakukan pemeriksaan terhadap keberadaan vektor nyamuk Aedes aegypti dalam radius 100 meter dari rumah dan sekolah korban. Dari hasil pemeriksaan tersebut, jentik nyamuk ditemukan di beberapa titik, termasuk di kamar mandi rumah serta pekarangan sekitar.

Setelah keberadaan vektor penyebab DBD dipastikan, langkah pengendalian segera dilakukan. Pemberian abate sebagai upaya menekan populasi nyamuk dilakukan di wilayah terdampak. Selain itu, penyemprotan insektisida atau fogging juga dijadwalkan untuk dilakukan di sekitar lingkungan rumah dan sekolah korban guna membasmi nyamuk dewasa yang berpotensi menularkan virus DBD ke masyarakat sekitar.

Menurut catatan Dinkes Tulungagung, sepanjang Februari 2025 telah ditemukan sebanyak 54 kasus DBD di wilayah tersebut, dengan satu kasus yang berujung pada kematian. Tingginya jumlah kasus ini menunjukkan bahwa potensi penyebaran penyakit masih cukup tinggi, sehingga upaya pencegahan harus dilakukan secara maksimal.

Sebagai bentuk kewaspadaan, Nurul Kusumaningrum mengingatkan masyarakat agar lebih aktif dalam melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Langkah ini dinilai sebagai cara paling efektif dalam mencegah penyebaran DBD.

Nurul juga menegaskan bahwa fogging tidak akan memberikan hasil yang optimal apabila tidak dibarengi dengan PSN yang dilakukan secara rutin. Menurutnya, menjaga kebersihan lingkungan adalah kunci utama dalam memutus siklus perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk menerapkan 3M Plus, yakni menguras tempat penampungan air, menutup tempat penyimpanan air, serta mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.

Selain itu, tindakan pencegahan tambahan seperti menanam tanaman pengusir nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, serta mengenakan pakaian yang dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk juga disarankan. Edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya DBD serta pentingnya pencegahan secara berkelanjutan juga terus digencarkan oleh Dinkes Tulungagung agar kesadaran masyarakat semakin meningkat.

Dengan adanya kejadian ini, diharapkan seluruh masyarakat dapat lebih waspada terhadap DBD. Meskipun upaya pengendalian sudah dilakukan oleh pemerintah, keberhasilan pencegahan tetap sangat bergantung pada kesadaran dan partisipasi aktif dari masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan serta menerapkan pola hidup sehat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *