Sumber: antaranews.com
Konten Bebas – Drs KH Toha Mahsun, M.Ag, seorang ulama sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Nurul Falah Surabaya, memberikan dukungan penuh terhadap kebijakan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo yang menetapkan kuota prioritas bagi santri pondok pesantren dan hafidz Al-Qur’an dalam rekrutmen calon anggota Polri untuk tahun anggaran 2025.
Menurut KH Toha Mahsun, kebijakan tersebut diyakini mampu mencetak anggota kepolisian yang tidak hanya terampil secara fisik dan intelektual, tetapi juga memiliki karakter yang kuat. Ia mengungkapkan bahwa santri memiliki bekal moral dan spiritual yang baik, sehingga mampu bersaing dalam lingkungan yang menuntut profesionalisme tinggi.
Apresiasi pun disampaikan kepada Kapolri karena program rekrutmen jalur santri dinyatakan tetap menjadi prioritas dalam penerimaan anggota Polri. Menurut KH Toha, hal ini menunjukkan komitmen Polri dalam membangun institusi yang tidak hanya mengedepankan keterampilan teknis, tetapi juga menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan integritas.
Ia menilai bahwa latar belakang pendidikan pesantren memberikan keunggulan tersendiri bagi para calon anggota Polri. Pendidikan di pesantren, menurutnya, secara konsisten menanamkan nilai-nilai etika, moral, dan disiplin yang menjadi fondasi utama dalam membentuk karakter pribadi yang tangguh dan berintegritas tinggi.
KH Toha Mahsun percaya bahwa santri yang terpilih dalam seleksi ini akan membawa semangat dedikasi tinggi dalam menjalankan tugasnya di tengah masyarakat. Ia meyakini bahwa kebijakan tersebut telah dipertimbangkan secara matang demi keberlangsungan dan kemajuan institusi Polri yang mengedepankan prinsip Presisi (Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan).
Ia juga menambahkan bahwa kebijakan ini menjadi peluang besar bagi para santri yang ingin mengabdikan diri dalam dunia kepolisian. Dengan demikian, para lulusan pesantren tidak hanya memiliki ruang untuk mengembangkan kemampuan spiritual, tetapi juga dapat berkontribusi secara langsung dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Lebih jauh, ia meyakini bahwa integrasi antara pendidikan pesantren dan dunia kepolisian dapat memperkuat moralitas anggota Polri di masa depan. Nilai-nilai yang diajarkan di pesantren seperti kejujuran, tanggung jawab, serta kepedulian terhadap sesama dianggap sangat relevan dengan prinsip kerja Polri dalam melayani masyarakat.
Dukungan KH Toha Mahsun terhadap program ini juga mencerminkan optimisme bahwa anggota Polri yang berasal dari kalangan santri akan membawa perubahan positif bagi citra kepolisian. Dengan karakter yang telah dibentuk di pesantren, anggota Polri diharapkan mampu menjalankan tugas dengan penuh dedikasi dan integritas tinggi.
Di sisi lain, program ini menjadi bukti nyata komitmen Polri dalam membuka kesempatan yang lebih luas bagi berbagai kalangan untuk bergabung. Perekrutan berbasis nilai-nilai keagamaan ini diharapkan dapat menciptakan keseimbangan antara kompetensi profesional dan moralitas yang kuat.
Kebijakan tersebut, menurut KH Toha, menjadi langkah strategis yang dapat memperkuat institusi Polri dalam membangun kepercayaan publik. Ia menegaskan bahwa kehadiran anggota Polri dengan latar belakang pesantren akan menjadi contoh nyata dalam membangun integritas serta menjalankan tugas dengan prinsip keadilan dan transparansi.
Melalui program ini, diharapkan muncul generasi baru di tubuh Polri yang tidak hanya mengedepankan kecakapan teknis, tetapi juga menjunjung tinggi nilai-nilai moral. Rekrutmen jalur santri menjadi peluang untuk melahirkan anggota Polri yang mampu mengemban tugas dengan hati nurani dan tanggung jawab moral yang tinggi.
Akhirnya, KH Toha Mahsun berharap agar program ini dapat terus berjalan dengan baik dan menjadi pilar penting dalam menciptakan personel kepolisian yang profesional, berkarakter, dan mampu memberikan pelayanan terbaik bagi seluruh masyarakat Indonesia.
