
Sumber: antaranews.com
Konten Bebas – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis diperkirakan mengalami penguatan seiring dengan kebijakan Bank Indonesia (BI) yang tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuannya. Saat perdagangan dibuka, IHSG tercatat mengalami kenaikan sebesar 1,80 poin atau sekitar 0,03 persen, sehingga mencapai posisi 6.796,67. Sementara itu, indeks LQ45 yang terdiri dari 45 saham unggulan justru mencatatkan penurunan sebesar 2,52 poin atau sekitar 0,32 persen dan berada di level 780,50.
Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta menyebutkan bahwa IHSG memiliki potensi untuk kembali mengalami penguatan, melanjutkan tren positif yang telah terjadi pada hari sebelumnya. Sentimen domestik menjadi salah satu faktor utama yang mendukung pergerakan pasar saham, terutama setelah hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia diumumkan.
Keputusan BI untuk menahan suku bunga telah sesuai dengan ekspektasi pasar. Dalam hasil rapat yang berlangsung pada 18-19 Februari 2025 tersebut, BI memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga BI Rate di angka 5,75 persen. Selain itu, suku bunga Deposit Facility juga tetap dipertahankan di level 5 persen, sementara suku bunga Lending Facility berada di angka 6,5 persen. Langkah ini diambil guna menjaga stabilitas ekonomi domestik di tengah ketidakpastian global yang masih berlangsung.
Dari sisi internasional, kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat menjadi perhatian utama para pelaku pasar. Pada Selasa (18/2), Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan baru yang berpotensi menambah ketegangan dalam perdagangan global. Pemerintah AS berencana menerapkan tarif sebesar 25 persen terhadap produk otomotif, semikonduktor, dan farmasi. Langkah ini merupakan bagian dari serangkaian kebijakan proteksionisme yang menimbulkan kekhawatiran akan dampak perang dagang yang lebih luas.
Pasar saham Eropa merespons kebijakan tersebut dengan mencatatkan pelemahan yang signifikan. Pada Rabu (19/2), indeks pan-Eropa STOXX 600 mengalami penurunan harian terbesar sejak awal tahun dengan merosot sebesar 0,91 persen atau 5,07 poin menjadi 552,10. Selain itu, bursa saham utama di berbagai negara seperti Jerman, Prancis, Italia, dan Spanyol juga mengalami penurunan antara 0,5 persen hingga 1,8 persen akibat meningkatnya ekspektasi terhadap dampak negatif dari kebijakan tarif yang dikeluarkan oleh Trump.
Di sisi lain, bursa saham Amerika Serikat justru bergerak positif meskipun ketegangan perdagangan meningkat. Pada Rabu (19/2), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat sebesar 71,25 poin atau sekitar 0,16 persen menjadi 44.627,59. Indeks S&P 500 juga mengalami kenaikan sebesar 14,57 poin atau sekitar 0,24 persen, sehingga berada di level 6.144,15. Sementara itu, indeks Nasdaq Composite bertambah 14,99 poin atau sekitar 0,07 persen menjadi 20.056,25.
Pergerakan indeks saham di kawasan Asia menunjukkan hasil yang bervariasi pada awal perdagangan. Beberapa indeks mengalami penurunan, sementara lainnya mencatatkan kenaikan meskipun dalam jumlah yang terbatas. Indeks Nikkei di Jepang mengalami pelemahan signifikan dengan turun sebesar 487,83 poin atau sekitar 1,25 persen menjadi 38.676,78. Indeks Shanghai juga mencatatkan penurunan sebesar 4,09 poin atau sekitar 0,12 persen ke level 3.347,45. Sementara itu, bursa saham di Kuala Lumpur mengalami penurunan sebesar 2,23 poin atau sekitar 0,14 persen dan berada di level 1.578,65.
Meskipun demikian, tidak semua bursa saham Asia mencatatkan pelemahan. Indeks Strait Times di Singapura justru mengalami penguatan tipis sebesar 1,40 poin atau sekitar 0,04 persen sehingga mencapai level 3.935,44.
Dengan keputusan BI yang mempertahankan suku bunga, diharapkan stabilitas ekonomi dalam negeri dapat tetap terjaga. Pergerakan IHSG masih dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam negeri maupun dari kondisi global yang terus berkembang. Kebijakan tarif dari Amerika Serikat yang berpotensi memicu perang dagang global masih menjadi salah satu faktor yang perlu dicermati oleh para investor.
Pasar saham global terus menunjukkan respons yang beragam terhadap kebijakan ekonomi dan dinamika perdagangan internasional. Oleh karena itu, para pelaku pasar disarankan untuk tetap memperhatikan perkembangan ekonomi dunia serta kebijakan moneter yang diterapkan oleh berbagai bank sentral guna menentukan strategi investasi yang tepat.